Tapi kalo dipikir, jangankan dia, aku juga yang baru nyoba pake test pack agak2 ga percaya sama hasilnya, dan sempet bingung cara pake dan baca hasilnya. Sampai beli dan coba 2 test pack.
Tapi sekarang, mulai menjelang Olan menginjak usia 1 tahun lalu, dia malah yang "ngoyak" mo punya anak lagi... Sebaliknya, aku selalu didera pertanyaan : Siap ga punya anak lagi? Olan kelihatannya masih butuh perhatian banget. Lalu menimbang masa kehamilan pertama yang bikin aku capek banget, ga kuat berdiri sehabis duduk atau tiduran, dihantui ketakutan naiknya berat badan (sekarang aja masih nyantol 15 kg), plus dari segi finansial, sanggup ga ya dengan pendapatan sekarang menyokong satu kehidupan lagi. Tapi di sisi lain, ada yang dirindukan juga dari masa2 itu, seperti merasakan tendangan si baby, gerak2 kecilnya yang bikin geli, terus bertanya2 sudah sebesar apakah kamu di dalam perut ya nak?
Bicara soal finansial, bukannya berarti sekarang kita kurang banget, tapi justru kedepannya itu loh. Lalu memikirkan sekarang aku yang anti pake pembantu, hmm... mana mungkin dengan 2 anak yang harus diurus, aku ngerjain semua berdua aja ama suami? Mertua yang dititipin pun tidak akan sanggup rasanya kalo harus handle 2 balita sendiri. Makanya itu pertanyaannya selalu : Siapkah? Bukan hanya aku, tapi semuanya....
Jadi rasa rindu yang aku bilang diatas sering bisa mengalahkan ragu2 itu, apalagi suami juga yang sering bilang "Olan perlu adik, biar tidak egois dan nakal" dan menyatakan dirinya siap kok punya anak lagi. Makanya aku juga menaruh harapan tinggi setiap bulan, saat dekat2 tanggal si "tamu" kira2 datang, aku selalu berharap moga2 "dia" tidak datang. Akhirnya, sempat bolak balik beli test pack. Tapi ya itu, hasilnya selalu negatif, meski pernah terlambat sampai 1 minggu lebih. BTnya, sering kali, hari ini di test, besok tamunya datang. Terakhir kali beli, malah belum sempat di test, tamunya datang dulu :(
Aku jadi bosan, tapi juga takut. Ada apa ya? Ada masalahkah seriuskah, sampai sesulit ini mau punya anak lagi? Kenapa yang pertama begitu mudah?
Mencoba berpikir positif dan berserah sama Tuhan, karena aku yakin juga Tuhan yang lebih tahu kapan kita siap untuk dititipin anak. Tapi... duh cemas dan rasa kepengen itu ada terus.
Bulan lalu kebetulan aku dan suami mengantar mertua ke Shinse di Petak Sembilan-Glodok. Iseng2 kami periksa, dan tanya apa ada obat untuk subur, yang akhirnya keisengan itu berbuah kami harus merogoh kocek 900 ribuan untuk obat itu :( Huee... Tapi yah, dicoba saja dulu... Saat ini, kita berdua lagi minum obat yang ajubillee banyaknya itu, sekali minum 10 pil 3 kali sehari... Untuk konsumsi sebulan, yaaiks...
Sebelum minum obat dari sinshe itu, seperti yang aku ceritain sebelumnya, saat pulang Semarang kemarin, aku juga nyempetin untuk check up ke Obgyn yang dulu deliver my Olan. Dari hasil pemeriksaan itu, aku dinyatakan ada infeksi mulut rahim. Aiih... Bahaya ga sih? Enggak kok katanya. Cukup diobati dengan antibiotik. Biaya ke dokter ini tidak terhitung murah, karena dia cukup top di Semarang. Ya sudah, akhirnya aku berobat dengan obat dokter itu dulu. Waktu pulang dari Semarang baru mulai minum obat yang dari Sinshe berdua Andri.
Sekarang aku masuk masuk masa concieving :P dan penantian lagi. Doakan ya... moga2 kali ini berhasil... Soalnya secara kebetulan juga, dengan Andri dapat tempat kerja baru, aku lebih mantap untuk hamil lagi... Pengen punya anak ceweq nih :)
Picture : www.istockphoto.com
No comments:
Post a Comment